Placemate atau orang Jawa biasa menyebutnya plismet biasa digunakan sebagai alas makanan atau taplak meja yang unik. Dikatakan unik karena...

Kerajinan Tenun dan Aneka Plismet di Akarya Mandiri

02.33 Unknown 0 Comments

produk kerajinan plismet serat alamPlacemate atau orang Jawa biasa menyebutnya plismet biasa digunakan sebagai alas makanan atau taplak meja yang unik. Dikatakan unik karena saat ini banyak produk plismet yang terbuat dari bahan-bahan serat alam seperti lidi, akar wangi, eceng gondok, mendong, dan kertas koran. Salah satu lokasi usaha yang memproduksi aneka plismet dari bahan serat alam adalah Akarya Mandiri. Beralamat di Botokan Argosari Sedayu Bantul, Akarya Mandiri saat ini fokus mengerjakan beragam pesanan kerajinan tenun dan aneka plismet dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Adalah Ibu Darwati (54) sebagai pemilik Akarya Mandiri yang mulai merintis usaha pembuatan beragam kerajinan tenun sejak tahun 1966. Sejak di bangku Sekolah Dasar, Darwati kecil ternyata mewarisi bakat ibunya yang juga bekerja sebagai seorang penenun. Bakat ketrampilan beliau makin terasah dengan seringnya diajak ibunya ke lokasi kerja dan ikut serta menenun. Dari situlah kemudian Ibu Darwati memulai menekuni usaha tenun dengan menggunakan ATBM yang dibelikan ibunya.

Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)Ditemui di rumahnya Rabu (30/3), Ibu Darwati yang diwakili putrinya Rini Arti (32) menjelaskan jika pada awalnya beliau lebih fokus memproduksi stagen, yaitu kain yang dililitkan di pinggang saat memakai jarit. Produksi kain stagen tersebut dijalani hingga tahun 1997. “Saat itu produksi kain stagen berhenti karena sudah tidak diminati lagi dan juga terjadi krisis moneter yang menyulitkan usaha kami ini,” kata Ibu Rini yang kini juga mewarisi bakat ibunya sebagai penenun. Karena tidak ingin ATBM miliknya tersebut nganggur begitu saja, kemudian Ibu Darwati berinisiatif untuk menciptakan produk lain yang masih bisa diproduksi menggunakan ATBM miliknya. Selama berfikir untuk menciptakan produk baru, ternyata ada tawaran dari salah satu perusahaan trading bagi Ibu Darwati untuk memproduksi plismet. Mulai dari situlah, Akarya Mandiri menekuni produksi plismet aneka jenis.

Dibantu Ibu Rini yang memegang kendali bagian produksi, usaha tersebut perlahan tapi pasti mulai menemukan pasar yang bagus. Pesanan dari berbagai daerah mengalir ke Akarya Mandiri dengan beragam jumlahnya. Dalam seminggu, Akarya Mandiri biasa melayani pesanan plismet dari Bali, Semarang, dan Surabaya. Terlebih dengan menggandeng beberapa perusahaan trading lokal, usaha plismet tersebut akhirnya mampu menyerap tenaga kerja hingga 100 orang yang berasal dari ibu-ibu di lingkungan Akarya Mandiri.

tas plismetSelain memenuhi beragam pesanan dari berbagai daerah, Ibu Rini mengakui jika selama ini pihaknya juga sering aktif mengikuti pameran di berbagai kota. “Kita pernah ikut pameran di PRJ Jakarta, Surabaya, dan beberapa pameran nasional yang diselenggarakan di Yogyakarta,” terang Ibu Rini di tokonya. Dari pameran tersebut, produk plismet Akarya Mandiri banyak dikenal dan sudah beberapa kali diliput beberapa media cetak lokal dan nasional. Dan saat ini, selain memiliki ruko yang menjadi tempat menjual aneka plismetnya di rumahnya, Akarya Mandiri juga dipercaya untuk menempati salah satu los di Pasar Seni Gabusan Bantul.

Seiring berjalannya waktu, produk Akarya Mandiri juga makin beragam. Menurut Ibu Rini, selain memproduksi plismet, Akarya Mandiri saat ini juga memproduksi aneka tas, box, sandal, hingga tirai pintu. “Semua produk tersebut kami produksi ketika ada pesanan dengan bahan baku dari serat alam yang ditenun,” tambah Ibu Rini tentang produknya.

plismet lidiDiakui Ibu Rini, setiap tenaga produksi di Akarya Mandiri dalam sehari mampu menghasilkan minimal 15 buah plismet aneka jenis. Harga yang ditawarkan untuk setiap produk plismet juga beragam, yaitu berkisar Rp.2.000,00-Rp.10.000,00 per buahnya. Namun permintaan produk plismet Akarya Mandiri ternyata juga mengalami penurunan omzet hingga 50 % akhir-akhir ini. “Sejak terjadinya krisis global, kami mengalami penurunan omzet yang drastis,” imbuh ibu satu orang putri tersebut. Bahkan menurutnya, terjadinya persaingan harga yang tidak sehat antar produsen plismet juga makin menambah sulit pemasaran produknya. Selain itu, masuknya produk sejenis yang berasal dari Cina dan Vietnam juga makin membuat persaingan dalam bisnis tersebut kian keras dan ketat.

Dan kini, Ibu Rini berujar jika pihaknya hanya melayani pesanan saja dan sudah jarang membuat stok produk lagi. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kerugian karena sepinya permintaan. Meskipun begitu, beliau masih sangat yakin jika produk plismet dan aneka kerajinan lain Akarya Mandiri masih tetap diminati konsumen baik lokal maupun mancanegara.

Tim liputan bisnisUKM


View the original article here

0 komentar: