Bagi Melissa Sunjaya, Tulisan bukan sekadar bisnis untuk mengejar omzet besar. Lewat berbagai kreasinya, dia ingin karya tangan dari I...

Peluang Usaha : Melissa meniti kesuksesan dengan lukisan tangannya

07.28 Unknown 0 Comments



Bagi Melissa Sunjaya, Tulisan bukan sekadar bisnis untuk mengejar omzet besar. Lewat berbagai kreasinya, dia ingin karya tangan dari Indonesia bisa bersanding dengan produk sejenis dari merek terkenal luar negeri.

Penghargaan pada proses yang bersih dan jujur dalam sebuah karya seni tangan, jadi salah satu tujuan Melissa Sunjaya membangun Tulisan. Melalui goresan tangan nan cantik pada karya-karyanya, perempuan 39 tahun ini ingin produknya menjadi kebanggaan Indonesia dan bisa dikenang konsumen hingga ke anak cucu mereka.

Terlahir dari keluarga yang lekat bakat seni, sedari  kecil Melissa sudah akrab dengan proses berkreasi. Kegemaran neneknya menjahit serta  hobi sang ibu untuk mendekorasi rumah dengan pernak-pernik buatan sendiri, menginspirasi Melissa membuat produk bikinan tangan.

Sejurus dengan cita-citanya, Melissa pun banyak menempuh studi terkait seni. Hingga pada 2010, bersama ibunya, lulusan Art Center College of Design, Pasadena, California, Amerika Serikat (AS) ini mengawali Tulisan. Bermodal Rp 5 juta, dia membeli 100 yard katun kanvas murni di sebuah toko dekat Pelabuhan Sunda Kelapa.

Sejak awal, Melissa memang berusaha konsisten membuat  produk berkualitas tinggi. “Kanvas itu kualitas ekspor nomor satu, yang harganya sangat mahal,” ujarnya. Tak heran, ia sangat efektif saat memotong pola dan tidak meninggalkan sisa kain sedikit pun.

Selain bahan berkualitas, produk Tulisan juga punya nilai seni tinggi. Ilustrasi tangan jadi keunikan dari produk bikinan Mellisa ini dan sekaligus kekuatannya. Tak sekadar menjadi hiasan, ilustrasi itu kaya makna dan merupakan rangkaian cerita, imajinasi Mellisa  terhadap alam dan kehidupan sehari-hari.

Awalnya, Tulisan hanya membuat tiga produk, yakni tea towel, celemek (apron), dan sarung bantal. Dengan bantuan tiga karyawan, Melissa menyablon bahan secara manual dan menjahit sendiri semua produknya. Garasi rumah pun disulap menjadi workshop Tulisan.

Untuk memasarkan produk Tulisan, Melissa aktif mengikuti bazar, terutama yang membidik  komunitas ekspatriat, karena tujuannya mewujudkan karya ini jadi kebanggaan Indonesia. “Dua kali sebulan, selalu ada bazar. Lalu, kami booking tempat untuk setahun ke depan,” tutur Melissa.
Rutin mengikuti bazar, Melissa pun giat mematangkan proses produksi. Setelah mendapat sejumlah pelanggan, tahun 2011, ia memutuskan hanya ikut bazar di Darmawangsa Square. “Sesudah berkeliling, kami fokus di satu tempat supaya orang tahu di mana mencari Tulisan,” jelasnya.
Pada tahun yang sama, Tulisan akhirnya menempati salah satu gerai di pusat belanja tersebut. Saat punya gerai sendiri itu, Melissa juga memperkuat usahanya dengan badan hukum Perseroan Terbatas (PT).



Tembus pabrik besar

Dengan menempati gerai sendiri dan berbadan hukum, bisnis perempuan kelahiran Jakarta, 21 Juli 1974 ini kian mantap. Selain terus meningkatkan kualitas produksi, Melissa juga menambah lini produknya setiap tahun. “Kami selalu memperbarui metode-metode dalam memproduksi barang,” kata dia.

Salah satunya adalah pemilihan bahan baku. Lantaran ingin produknya bisa bersanding dengan produk sejenis merek luar negeri, ia mengutamakan spesifikasi bahan baku yang berkualitas dan ramah lingkungan. “Tapi, bahan dan proses produksi semua harus 100% Indonesia,” katanya.
Proses pewarnaan pun dikembangkan sendiri oleh tim riset Melissa. Demikian pula kanvas. Melissa tak segan memakai kanvas mahal tanpa pemutih yang ramah lingkungan. “Di Indonesia, hanya kami yang pakai kanvas itu,” ujar dia.

Melissa teringat, perjuangannya saat menembus produsen kanvas dua tahun lalu. “Kami harus punya sejarah produksi yang terlihat oke bagi mereka,” kenang ibu dua anak ini. Maklum, mayoritas pembeli pabrik kanvas itu adalah perusahaan besar kelas dunia.

Melissa juga harus kerja keras saat meyakinkan YKK Indonesia, produsen resleting dan aksesori, waktu memesan resleting dengan warna atau potongan khusus. “Lumrah kalau mereka deg-degan karena kami adalah pemain baru. Mereka kan harus investasi,” ujar dia.

Selain itu, dari waktu ke waktu, Melissa tak berhenti menyempurnakan sistem produksi dan bisnisnya, untuk mengakali cash flow karena belum memperoleh pinjaman bank. Makanya, “Saya harus mempunyai infrastruktur yang solid, mulai dari tenaga kerja, produksi hingga pemasaran,” kata dia.

Namun, kini, Melissa mulai mencecap manis kerja kerasnya. Produk Tulisan makin dikenal. Selain dipasarkan di Indonesia, Tulisan juga dikirim ke luar negeri, baik melalui online shop, maupun toko-toko yang tersebar di AS, Swiss, Jerman, Hong Kong, Jepang, Taiwan dan Singapura.

Alhasil,  pertumbuhan bisnis dan omzet pun terus melambung. Tahun lalu, Tulisan mencetak omzet Rp 5,85 miliar, naik hampir empat kali lipat dari hasil yang dibukukan selama 2011, yaitu Rp 1,2 miliar.  Dengan 21 karyawan, produk Tulisan sudah berkembang hingga 70 item, yang terbagi dalam lima kategori. 



Sumber  : http://peluangusaha.kontan.co.id/news/melissa-meniti-kesuksesan-dengan-lukisan-tangannya/2013/11/14

0 komentar:

Martabak termasuk kudapan favorit orang Indonesia. Lantaran punya banyak penggemar, peluang usaha martabak pun terbuka lebar. Tak hera...

Peluang Usaha : Peluang Usaha Mencicipi Manis Laba Kemitraan Martabak

07.20 Unknown 0 Comments

Peluang Usaha Martabak Manis

Martabak termasuk kudapan favorit orang Indonesia. Lantaran punya banyak penggemar, peluang usaha martabak pun terbuka lebar. Tak heran, banyak orang tertarik merambah usaha martabak. 

Salah satunya adalah tiga sekawan Ika Hendrani, Ira Lathief dan Budiyono yang mengusung brand D’Marco Café di Jakarta Pusat. Bisnis martabak berkonsep kafe ini sudah berdiri sejak Mei 2012.

D’Marco Café menawarkan martabak dalam berbagai pilihan rasa seperti martabak cheeseberry, chocobana, cheese oreo, dan martabak pizza. Selain menawarkan martabak sebagai menu utama, D’Marco juga menyediakan makanan lain, seperti roti bakar, mi goreng dan kentang goreng. Beragam makanan di kafe ini dibanderol mulai harga Rp 12.000 – Rp 28.000 per porsi.
Untuk minumannya tersedia juga aneka racikan kopi sebagai teman menyantap martabak. Untuk mengembangkan usahanya, D’Marco resmi menawarkan kemitraan sejak Mei 2013. Saat ini, D’Marco baru punya satu gerai milik sendiri. Namun, “Kami sudah punya beberapa calon mitra, salah satunya di Kalimantan,” ujar Ira Lathief.

Ada tiga paket investasi yang ditawarkan D’Marco. Pertama, paket kios dengan biaya Rp 35 juta. Mitra akan mendapatkan portable booth, peralatan masak, bahan baku awal, seragam, dan pelatihan karyawan. Kedua, paket mini kafe ditawarkan dengan biaya Rp 65 juta. Mitra akan mendapatkan portable booth, peralatan masak, mesin penyimpanan, alat barista, neon boks, bahan baku awal, seragam dan pelatihan karyawan.

Adapun paket kafe ditawarkan senilai Rp 115 juta. Fasilitasnya sama dengan paket mini kafe. Mitra mendapat tambahan sistem komputerisasi. Masa kerjasama untuk kemitraan masing-masing paket adalah lima tahun.
Balik modal setahun Ira menjanjikan mitra bisa balik modal dalam waktu dua belas bulan. Asumsinya, mitra meraup omzet Rp 50 juta – Rp 150 juta per bulan. Sementara, laba bersih dari bisnis ini diproyeksikan minimal 20%. “Sewa tempat juga mempengaruhi nilai profit per bulan,” ujar Ira.

Meski tidak memungut biaya royalti, D’Marco mewajibkan mitranya untuk membeli bahan baku utama dari pusat. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku sekitar 40% - 50% dari omzet per bulan. D’Marco menargetkan bisa menambah sekitar delapan gerai baru hingga penghujung tahun depan.
Pengamat waralaba dari Pietra Sarosa Consulting Group, Pietra Sarosa mengatakan, bisnis kafe yang menjadikan martabak sebagai menu utama sangat menarik karena terbilang baru. Cuma, kata Pietra, D'Marco harus bisa menyesuaikan tampilan kafe dan menu sehingga layak untuk dijajakan sebagai makanan kafe.

Menurutnya, D'Marco tidak perlu menawarkan paket gerobak. "Karena akan sulit bersaing dengan martabak pinggir jalan yang sudah dikelola langsung oleh si pemiliknya,” kata Pietra.

0 komentar: